Sunday, September 15, 2013

Nuruddin Zanki dan Perang Salib - Resensi Penaaksi

13 September 20130 comments

Oleh : Putri Larasati

I. Identitas Buku :

Judul Buku : Nuruddin Zanki dan Perang Salib
Penulis : Alwi Alatas
Genre : Nonfiksi
Terbit : Cetakan I, Mei 2012
Halaman : 448 halaman
Penerbit : Zikrul Hakim
Harga : ???
ISBN : ISBN 978-979-063-735-1

II. Latar Belakang Penulis

Alwi Alatas merupakan seorang penulis yang telah menerbitkan lebih dari dua puluh buku dalam berbagai bidang. Beberapa di antaranya merupakan buku best-seller di Malaysia. Saat ini ia lebih banyak tinggal di Malaysia karena masih menyelesaikan studinya di bidang Sejarah pada International Islamic University Malaysia (IIUM). Komunikasi dengan beliau bisa melalui alamat e-mail (alwialatas@gmail.com) dan (alwialatas@yahoo.com)

III. Pokok-pokok Isi Buku

-Tema: Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Perang Salib
-Tokoh dan Perwatakan:

•Nuruddin Mahmud bin Zanki: berperawakan tinggi, berkulit coklat, memiliki mata yang indah, berpipi lapang, saleh, disiplin, teratur, terampil berkuda, sederhana.
Paus Urbanus: idealis, orang yang berpengaruh.
Kilij Arslan: sangat taktis.
Alexius Comnenus: memiliki citra yang buruk.
Peter si Pertapa: antusias, agresif, populer, sederhana, dipandang sebagai orang yang suci.
Godfrey of Bouillon: gagah, keras kepala.
Bohemond of Taranto: tangguh, pemimpin yang kuat, paling terlatih
Dan lain-lain


-Alur: campuran
-Sudut Pandang: orang ketiga
-Latar:
• Tempat: Eropa dan Asia
• Waktu: Sebelum abad ke-14
• Suasana: peperangan

IV. Ringkasan Cerita

Perang Salib merupakan perang suci yang diserukan oleh Gereja Katolik untuk membebaskan Yerusalem dan tanah suci di sekitarnya ataupun untuk memerangi musuh-musuh gereja, seperti kaum bid’ah (heretic) dan lainnya. Biasanya ia bermula dengan pidato dan seruan Paus Katolik. Perang Salib biasanya mengangkat sumpah, mengambil simbol salib dan meletakkannya pada baju mereka. Kepada mereka yang menyertai Perang Salib, gereja menjanjikan pengampunan dosa.

Perang Salib I diserukan oleh Paus Urbanus II (w. 1099) dalam sidang gereja di Clermont, Perancis, pada November 1095. Hal itu dilakukan setelah adanya permintaan bantuan dari Kaisar Byzantium untuk menghadapi orang-orang Turki di Asia Minor dan Syria. Pidato Paus mendapat sambutan yang luar biasa dan mendorong ribuan orang untuk menyertai Perang Salib.
Angkatan pertama PerangSalib I bergerak dari Perancis dan Jerman pada awal tahun 1096. Mereka terdiri dari masyarakat jelata dan dipimpin oleh seorang pendeta bernama Peter si Pertapa. Setelah beberapa kali konflik dengan penduduk Bulgaria dan Byzantium serta melakukan penjarahan selama di perjalanan, pasukan yang tidak berpengalaman ini akhirnya dihancurkan oleh pasukan Kilij Arslan (w. 1107) di Asia Minor. Angkatan pertama ini dikenal sebagai People’s Crusade atau Popular Crusade.
Rombongan berikutnya yang berangkat pada paruh kedua tahun 1096 terdiri dari pasukan yang lebih terlatih dan dipimpin oleh banyak bangsawan Perancis dan Norman, seperti Raymond of Saint-Gilles (w. 1105), Godfrey de Bouillon (d. 1100), Baldwin (w. 1118), Bohemond of Taranto (d. 1111), dan Tranced (w. 1112). Pasukan ini berhasil mengambil alih Nicaea (Iznik) dari tangan Kilij Arslan pada Juni 1097, Antioch pada Juni 1098, Yerusalem pada Juli 1099, serta beberapa kota Muslim lainnya di Syiria dan Palestina.
Keberhasilan pasukan Salib dalam Perang Salib pertama ini kemudian melahirkan Kerajaan Latin (Latin Kingdom) yang berpusat di Yerusalem. Kerajaan ini memiliki empat propinsi utama, yaitu Yerusalem, Tripoli, Antioch, dan Edessa. Wilayah kekuasaan orang-orang Frank di Syria dan Palestina dikenal oleh orang-orang di Eropa Barat (Romawi Barat) sebagai Outremer ‘(tanah) di seberang lautan.’

Perang Salib II dipicu oleh jatuhnya Edessa ke tangan Imaduddin Zanki (w. 1146) pada tahun 1144. Perang ini diserukan oleh Paus Eugenius III (w. 1153) sejak Desember 1145. Paus kemudian menunjuk Bernard of Clairvaux (1090-1153) untuk mengkampanyekan Perang Salib. Kampanye ini sangat berhasil, hingga ribuan orang bersumpah untuk menyertai Perang Salib II. Bahkan Raja Perancis, Louis VII (1120-1180), dan Raja Jerman, Cornad III (1093-1152), memimpin langsung Perang Salib II.

Walaupun jumlahnya sangat besar, pasukan Salib yang dipimpin oleh Louis dan Conrad banyak menghadapi serangan orang-orang Turki di Asia Minor, sehingga saat tiba di Antioch jumlah pasukan mereka sudah banyak berkurang. Mereka tiba di Antioch pada bulan Maret 1148 dan tiba di Yerusalem pada bulan Mei 1148.

Walaupun Perang Salib II dipicu oleh jatuhnya Edessa, pasukan Salib yang dipimpin oleh Louis dan Conrad akhirnya tidak berusaha menguasai kota itu. Berdasarkan kesepakatan dengan para pemimpin Frank di Palestina dan Syria, mereka sepakat untuk menyerang Damaskus. Serangan dan pengepungan atas Damaskus dilakukan pada bulan Juli 1148. Namun serangan ini tidak berhasil dan diantara pemimpin Salib yang baru datang dan para pemimpin Frank di Syria dan Palestina terjadi perselisihan. Louis, Conrad, dan seluruh pasukannya akhirnya kembali ke Perancis dan Jerman tanpa mendapatkan hasil yang diharapkan.

Saat berbicara tentang Perang Salib, ada satu nama yang sangat jarang terekspos oleh khalayak. Padahal kontribusi beliau untuk menghadapi pasukan Salib mendahului perjuangan Shalahuddin al-Ayyubi (w. 1193). Nuruddin Zanki, bersama para ulama di zamannya, merupakan pemimpin pertama di Syria yang menghidupkan kembali nilai-nilai Islam yang sebelumnya meredup dan membuat mereka kalah dari pasukan Salib.

Walaupun Nuruddin Zanki wafat sebelum pembebasan al-Quds, namun semua kontribusinya menjadi pondasi yang sangat kokoh dan membantu Shalahuddin dalam mewujudkan keberhasilannya.

V. Keunggulan dan Kekurangan Buku

• Secara isi/ide: bagus. Karena membuka cakrawala kita tentang tokoh yang selama ini belum diketahui oleh banyak orang. Alur dan diksinya pun tak memihak antara kaum satu dengan yang lainnya.

• Secara struktur: lengkap dengan timeline, indeks, daftar pustaka, dan lain-lain. Ditambah dengan tabel informasi yang sangat informatif. Namun di sisi lainnya, table informasi ini juga merupakan kelemahan buku. Karena dapat mengalihkan konsentrasi pembaca. Pembaca yang awam akan cukup dibingungkan ketika sedang membaca dan akan menebak-nebak tentang keterikatan alur antara tulisan yang berada di dalam tabel informasi dengan tulisan yang berada di luar tabel informasi.

VI. Amanat Buku

Buku ini mengajarkan pada kita semua tentang arti penting dari mengenal sejarah dan menghargai jasa pahlawan. Khususnya para pahlawan-pahlawan Islam.

VII. Saran

Untuk referensi, peresensi menyarankan buku Philip K. Hitti “The History of The Arabs”. Yang mana merupakan sumber belajar sejarah Islam yang mayoritas digunakan di dunia.

http://www.penaaksi.com/2013/09/nuruddin-zanki-dan-perang-salib.html

Monday, March 11, 2013

IBF Award 2013 - Nominasi Buku Islam Terbaik Kategori Nonfiksi Dewasa

Alhamdulillah, buku 'Nuruddin Zanki dan Perang Salib' masuk dalam nominasi Buku Islam Terbaik Kategori Nonfiksi Dewasa pada Islamic Book Fair (IBF) 2013, walaupun tidak sampai terpilih. :)


Nominasi Buku Islam Terbaik Kategori Nonfiksi Dewasa:

1. Judul : Chiefdom Madinah Salah Paham Negara Islam

Penulis : Dr. Abdul Aziz, MA

Penerbit : Alvabet

2. Judul : Mendamaikan Ahlus Sunnah di Nusantara

Penulis : Abu Muhammad Waskito

Penerbit : Pustaka Al-Kautsar

3. Judul : Nasab dan Status Anak Dalam Hukum Islam

Penulis : Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag

Penerbit : Amzah

4. Judul : Nuruddin Zanki & Perang Salib

Penulis : Alwi Alatas

Penerbit : Zikrul Media Intelektual

5. Judul : Ulama & Kekuasaan

Penulis : Jajat Burhanudin

Penerbit : Noura Books Mizan


Penerima Penghargaan IBF Award ke-9 tahun 2013 Buku Islam Terbaik Kategori Nonfiksi Dewasa adalah :

Ulama & Kekuasaan, Penulis : Jajat Burhanudin, Penerbit : Noura Books Mizan

http://islamic-bookfair.com/opini-pilihan/335-nominasi-dan-pemenang-ibf-award-2013.html

Wednesday, November 28, 2012

Bedah buku Nuruddin Zanki di Masjid al-Jihad, Kranggan, Cibubur. Terbuka untuk umum. Gratis!

Waktu: Sabtu, 1 Desember 2012, pk. 10.00-12.00


Monday, November 19, 2012

Kepahlawanan Nuruddin Zanki

Judul : Nuruddin Zanki & Perang Salib
Penulis : Alwi Alatas
Penerbit : Zikrul
Cetakan : Pertama, Mei 2012
Tebal : 448 halaman

Hampir tak ada yang tak mengenal Shalahuddin al-Ayyubi. Tapi siapakah yang mengantarkan Shalahuddin al-Ayyubi sukses dalam pembebasan al-Quds? Adalah Nuruddin Mahmud bin Zanki atau yang lebih dikenal dengan Nuruddin Zanki pemimpin sebelum Shalahuddin al-Ayyubi.

Setelah Khulafa ar-Rasyidin dan Umar bin Abdul Aziz, sosok Nuruddin Zanki inilah yang dikenal sebagai pemimpin lurus dan tegas dalam penegakan keadilan. Tradisi keilmuan Islam dibangkitkan kembali dan ditempatkan di tempat yang mulia. Jihad dan visi pembebasan al-Quds terus dikumandangkan melalui lewat majelis-majelis ilmu dan lisan para ulama.

Karena ia sadar betul, umat muslim tidak akan bangkit tanpa kembali pada nilai-nilai Islam. Kontinuitas dan kesabaran Nuruddin Zanki menuai hasilnya. Satu persatu wilayah yang dijajah tentara Salib mulai dilucuti. Klimaksnya, al-Quds pun jatuh ke tangan pasukan Islam di bawah komando Shalahuddin al-Ayyubi.
Buku Karya Alwi Alatas ini amat penting untuk dibaca. Semoga kepemimpinan dan keteladanan Nuruddin Zanki bisa menjadi model dan inspirasi bagi kita semua—khususnya bagi pemimpin-pemimpin muslim saat ini.

Pradi Khusufi Syamsu

http://kusufi1403.blogspot.com/2012/10/kepahlawanan-nuruddin-zanki.html

Thursday, October 11, 2012

Resensi buku ‘Nuruddin Zanki dan Perang Salib’

Oleh: Ust. Ali Akbar Bin Agil

Nuruddin Zanki, Pelopor Jihad Melawan Pasukan Salib

Judul : Nuruddin Zanki dan Perang Salib
Penulis : Alwi Alatas
Penerbit : Zikrul Hakim
Terbit : 2012
Tebal : 441 hal.
Harga : Rp. 70.000,00

Tentu kita masih ingat statement George Bush persis tiga bulan pasca tragedi 9/11 dengan menyatakan bahwa perang melawan Al-Qaedah, Taliban, dan memburu Usamah adalah bentuk Perang Salib Jilid II.

Awalnya, ada yang berharap setelah terbunuhnya Osama bin Laden, Amerika akan menghentikan perangnya di Afghanistan. Bukankah alasan Amerika melakukan intervensi untuk membunuh Osama? Namun kenyataannya tidaklah seperti itu. Obama menegaskan kembali bahwa perang ini belum berakhir.

Kita teringat dengan pernyataan Bush yang mengatakan, “This crusade, this war on terrorism, is going to take a long time.” Artinya Perang salib melawan Islam ini memang membutuhkan waktu yang lama.


Apalagi kalau memperhatikan pernyataan Tom Ridge mantan Sekretaris Keamanan Dalam Negeri Amerika dalam editorial The Washington Times (5/5/2011). Saat mengomentari terbunuhnya Osama bin Laden dia mengatakan, “we killed the man but not the ideology.” Artinya yang menjadi sasaran perang ini jelas adalah ideologi Islam yang berseberangan dengan nilai-nilai liberal yang dianut oleh Amerika Serikat. Menurutnya, ini adalah medan pertempuran, perang ide, way of life (cara pandang hidup) Islam dan Amerika yang tidak bisa berdamai dan hidup berdampingan.

Pernyataan mantan pejabat tinggi senior Amerika Serikat ini bukanlah dongeng yang dibuat-buat dan bukan pula hal yang baru. Semua ini menunjukkan permusuhan abadi Barat terhadap dunia Islam bersifat agama dan peradaban yang telah berakar dalam hati dan pikiran Barat. Barat membangun semua hubungan ini atas dasar Perang Salib. Barat tak ingin umat Islam bangkit kembali.

Perang Salib sendiri berawal dari seruan Paus Urbanus II pada tahun 1095 di Clermont, Perancis, tepat pada bulan November. Seruannya membahana di seantero jagat wilayah Eropa. Masyarakat Eropa menyambut antusias dan dengan semangat yang telah membara mereka menyiapkan bekal sendiri guna keberangkatan ke medan laga dengan rela menjual barang-barang berharga miliknya.

‘Khutbah’ Paus Urbanus didasari permintaan bantuan Byzantium (Romawi Timur) kepada Paus. Permintaan bantuan berupa kiriman pasukan perang dimaksudkan untuk menghadapi pasukan Turki yang sering menyerang wilayahnya. Permintaan inilah yang menjadi momentum mengumumkan perang total terhadap pasukan Islam demi merebut Al-Quds. Raymond of Saint-Gilles, Godfrey de Bouillon, Bohemond of Taranto, Baldwin, dan Tancred, merupakan sederet nama panglima perang pasukan Salib.

Setelah serangan bertubi-tubi ke jantung pasukan Islam, maka pada tahun 1099 atau 4 tahun setelah pengumuman perang Paus Urbanus II, Al-Quds jatuh ke tangan pasukan Kristen. Bersamaan dengan jatuhnya Al-Quds pula, tidak kurang dari 70.000 orang Islam yang menghuni wilayah Al-Qudsdi tewas dibantai.

Kekalahan ini membawa duka mendalam di hati umat Islam yang kala itu sibuk dengan debat dalam masalah mazhab, perebutan kekuasaan, yang menyebabkan saling berperang, saling bersaing, dan saling bermusuhan.

Usaha menyatukan umat Islam dimulai dari penguasa Mossul dan Aleppo, Imaduddin Zanki. Gerakan ke arah pembebesan yang lebih intensif dilakukan oleh putranya, Nuruddin Zanki. Dalam sejarah Perang Salib, kaum Muslimin sangat mengenal sosok pejuang Salahuddin al-Ayubi dibanding Nuruddin Mahmud Zanki ini. Namanya tak setenar Salahuddin, sang pembebas kota Yerussalem dari kekuasan pasukan Salib. Meski demikian, Nuruddin-lah yang pertama kali menggelorakan semangat perjuangan itu.

Menurut penulis, Alwi Alatas, upaya Nuruddin Mahmud Zanki membuat umat Islam sadar atas kesalahan dan kelemahan dilakukan dengan menjauhkan pasukannya dari menenggak minuman keras, memerintahkan mereka untuk berkonsentrasi penuh dalam membebaskan Al-Quds dari cengkraman tentara Salib, menghindari konflik dengan sesama umat Islam, menyatukan wilayah-wilayah Islam yang tercecer di Syiria dengan lemah lembut sehingga menarik simpati publik secara luas, dan menerapkan pola kepemimpinan yang amanah, jujur, dan adil.

Seorang ulama Qutbuddin Annisaburi begitu khawatir akan keberanian Nuruddin, "Demi Allah, jangan gadaikan nyawamu dan Islam. Jika Anda gugur dalam peperangan, maka tidak seorang pun kaum Muslimin yang tersisa pasti akan terpenggal oleh pedang,” ujar Qutbuddin. Maka ia pun menjawab, “Siapa Nuruddin itu, sehingga ia dikatakan demikian? Mudah-mudahan karena (kematian) ku, Allah memelihara negeri ini dan Islam. Itulah Allah yang tiada Tuhan yang berhak disembah dengan hak melainkan Dia.”

Nuruddin adalah pemimpin yang selalu optimis. Pembebasan Baitul Maqdis di Yerusalem dari genggaman pasukan Salib adalah hal yang paling didambakannya. Hingga tahun 569 H/1173 M, kerja keras Nuruddin untuk menyatukan kekuatan umat Islam yang terkotak-kotak dalam kerajaan-kerajaan kecil mencapai puncaknya. Berbagai pertempuran dahsyat antara umat Islam yang dipimpinnya dengan pasukan Salib kerap terjadi. Berbagai serangan yang dilakukannya berhasil melemahkan pasukan Salib hingga terpecah belah.

Walhasil, sekitar 50 kota dan benteng yang sebelumnya dikuasai pasukan Salib berhasil direbut. Pada 570 H/1174 M, kekuatan Islam telah terbentang dari Iraq ke Syria, Mesir, hingga Yaman. Saat yang dinanti-nanti untuk merebut Baitul Maqdis pun kian dekat. Namun takdir Allah SWT berkata lain. Nuruddin meninggal akibat penyakit penyempitan tenggorakan. Kepemimpinan kemudian dipikul muridnya, Shalahuddin al-Ayyubi.


Buku ini ditulis secara naratif lengkap dengan tabel informasi penting, gambar, dan peta-peta, untuk membantu pembaca dalam memahami dan mengikuti rentetan peristiwa Perang Salib hingga akhir masa kepemimpinan Nuruddin Zanki.

Thursday, August 16, 2012

Ratusan Jamaah Hadiri Bedah Buku di An Nur

24 Juli 2012 - 10.02 WIB > Dibaca 184 kali Print


PEKANBARU (RP) - Hari pertama, ratusan jamaah hadiri bedah buku keislaman di Masjid Agung Annur Pekanbaru.

Kegiatan bedah buku tersebut dibuka secara resmi oleh Sekretaris Umum BPMAA Drs Sukmadi Senin (23/7).

Helat yang dilaksanakan setiap hari dari Senin hingga Jumat itu bertempat di aula Masjid Agung Annur. Kegiatan ini terbuka untuk umum dan gratis.

Mengulangi tradisi keilmuan tahun-tahun sebelumnya, Tafaqquh Study Club bekerja sama dengan majlis taklim Masjid Agung Annur, Badan Pengelola Masjid Agung Annur Pekanbaru dan pengurus Masjid Akramunnas Unri menyelenggarakan bedah buku keislaman. Ramadan 1433 H ini, Tafaqquh membedah 15 buku-buku keislaman.

Sementara itu Pembina Tafaqquh Study Club mengemukakan untuk membedah buku-buku tersebuh, pihaknya menghadirkan para ustad yang pakar di bidang masing-masing, sesuai dengan buku yang akan dibedah. Bahkan Tafaqquh menghadirkan langsung para penulis buku yang akan dibedah.

Seperti buku Muhammad Alfatih akan dibedah penulisnya yakni Ustad Felix Siauw. Khusus bedah buku Al-Fatih ini tempat penyelenggaraannya berada di Masjid Akramunnas Unri Gobah Pekanbaru Sabtu (28/7).

Sementara itu Ustad Alwi Alatas MA akan membedah karyanya berjudul Nuruddin Zanki dan Perang Salib. Mahasiswa Program Doktoral di Universitas Islam Antara Bangsa Malaysia itu akan hadir pula mendiskusikan bukunya di Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab dan di Forum Silaturahmi Remaja Masjid Muthmainnah (FRSMM) Polda Riau.

Pada hari pertama Senin (23/7), buku yang dibedah bertajuk Rumah yang Tidak Dimasuki Malaikat. Buku karya penulis Timur Tengah Abu Hudzaifah Ibrahim ini dibedah oleh Ustad Syamsuddin Muir Lc MA.

Para pembedah buku lainnya yakni Ustad Masridi Hasan Lc MA, Abdul Somad Lc MA, Muhammad Abdih Lc MA, Muhammad Hidayatullah Lc MA, Fikri Mahmud Lc MA, Ridwan Hasbi Lc MA, Isran Bidin MA, Elviriadi MA, Dr Khairul Anwar MA, Saidul Amin MA dan Jumhur Hidayat MA.(ira)

http://www.riaupos.co/berita.php?act=full&id=14746&kat=1

Monday, August 13, 2012

Ratusan Jamaah Hadiri Bedah Buku di An Nur

24 Juli 2012 - 10.02 WIB > Dibaca 175 kali Print

PEKANBARU (RP) - Hari pertama, ratusan jamaah hadiri bedah buku keislaman di Masjid Agung Annur Pekanbaru.

Kegiatan bedah buku tersebut dibuka secara resmi oleh Sekretaris Umum BPMAA Drs Sukmadi Senin (23/7).

Helat yang dilaksanakan setiap hari dari Senin hingga Jumat itu bertempat di aula Masjid Agung Annur. Kegiatan ini terbuka untuk umum dan gratis.

Mengulangi tradisi keilmuan tahun-tahun sebelumnya, Tafaqquh Study Club bekerja sama dengan majlis taklim Masjid Agung Annur, Badan Pengelola Masjid Agung Annur Pekanbaru dan pengurus Masjid Akramunnas Unri menyelenggarakan bedah buku keislaman. Ramadan 1433 H ini, Tafaqquh membedah 15 buku-buku keislaman.

Sementara itu Pembina Tafaqquh Study Club mengemukakan untuk membedah buku-buku tersebuh, pihaknya menghadirkan para ustad yang pakar di bidang masing-masing, sesuai dengan buku yang akan dibedah. Bahkan Tafaqquh menghadirkan langsung para penulis buku yang akan dibedah.

Seperti buku Muhammad Alfatih akan dibedah penulisnya yakni Ustad Felix Siauw. Khusus bedah buku Al-Fatih ini tempat penyelenggaraannya berada di Masjid Akramunnas Unri Gobah Pekanbaru Sabtu (28/7).

Sementara itu Ustad Alwi Alatas MA akan membedah karyanya berjudul Nuruddin Zanki dan Perang Salib. Mahasiswa Program Doktoral di Universitas Islam Antara Bangsa Malaysia itu akan hadir pula mendiskusikan bukunya di Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab dan di Forum Silaturahmi Remaja Masjid Muthmainnah (FRSMM) Polda Riau.

Pada hari pertama Senin (23/7), buku yang dibedah bertajuk Rumah yang Tidak Dimasuki Malaikat. Buku karya penulis Timur Tengah Abu Hudzaifah Ibrahim ini dibedah oleh Ustad Syamsuddin Muir Lc MA.

Para pembedah buku lainnya yakni Ustad Masridi Hasan Lc MA, Abdul Somad Lc MA, Muhammad Abdih Lc MA, Muhammad Hidayatullah Lc MA, Fikri Mahmud Lc MA, Ridwan Hasbi Lc MA, Isran Bidin MA, Elviriadi MA, Dr Khairul Anwar MA, Saidul Amin MA dan Jumhur Hidayat MA.(ira)

http://www.riaupos.co/berita.php?act=full&id=14746&kat=1